RENTANG USIA SEGINI RAWAN PERCERAIAN, WAKA PA PUTUSSIBAU IMBAU MASYARAKAT JAGA KUALITAS PERKAWINAN

Putussibau, [Rabu, 12 Juli 2023]

Kiprah Pengadilan Agama Putussibau di bumi Silok, Kapuas Hulu, pada tahun 2023 ini telah melewati semester pertama. Beberapa data penyelesaian perkara sudah dilaporkan secara berjenjang ke Mahkamah Agung.

Di antara data itu adalah data mengenai rentang usia pihak yang bercerai. Data ini penting karena dapat menjadi salah satu realitas sosial yang digunakan untuk mengambil langkah kebijakan pembangunan sumber daya manusia oleh pemangku kepentingan.

Dari data yang dirilis oleh Kepaniteraan PA Putussibau, rentang usia pihak yang paling banyak mengalami perceraian adalah antara 21-30 tahun sebanyak 58 orang sebagai Penggugat/Pemohon, dan 44 orang sebagai Tergugat/Termohon.

Di urutan berikutnya, angka perceraian tertinggi terjadi pada  rentang usia 31-40 tahun sebanyak 28 orang sebagai Penggugat/Pemohon, dan 39 orang sebagai Tergugat/Termohon.  Berikutnya adalah rentang usia 41-50 tahun sebanyak 17 orang sebagai Penggugat dan 18 orang sebagai Tergugat/Termohon. Dan sebanyak 12 orang bercerai di rentang usia 51-60 tahun. Bahkan terakhir ada sebanyak 6 orang janda/duda di rentang usia 16-20 tahun.

Menurut, Erfani, wakil ketua Pengadilan Agama Putussibau, data ini menunjukkan realitas sosial yang memprihatinkan karena perceraian terjadi di usia produktif.

“Angka perceraian paling tinggi itu kan ada pada rentang usia 21-40. Ini kan usia produktif manusia saat ini. Di masa  ini pula proses reproduksi kerap terjadi lalu melahirkan, hingga masuk usia anak dan remaja. Jadi perceraian bakal berdampak pada pertumbuhan mentalitas generasi berikutnya. Untuk itu, melalui media ini kami mengimbau tiap individu keluarga, masyarakat, tokoh agama, agar sama-sama menjaga kualitas perkawinan, mulai dari proses awal membangun, hingga proses menjalankan sebuah rumah tangga”, imbau hakim jebolan Pesantren Tebuireng itu.